Selasa, 02 Mei 2017

Pembangunan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara



Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi utara berada pada posisi strategis karena terletak di Pasifik Rim yang secara langsung berhadapan dengan negara-negara Asia Timur dan negara-negara Pasifik. Posisi strategis ini menjadikan Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang Indonesia ke Pasifik dan memiliki potensi untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Provinsi ini juga turut mendukung peran Pulau Sulawesi sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan serta pertambangan nikel di tingkat nasional. Kinerja perekonomian Sulawesi Utara periode 2006-2013 terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata 7,60, lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,90 persen pada periode yang sama. Kontribusi Provinsi Sulawesi Utara terhadap pembentukan PDRB Sulawesi adalah sebesar 14,79 persen, sementara itu kontribusi terhadap pembentukan PDB nasional sebesar 0,70 persen.
Secara pembagian Perekonomian di Sulawesi Utara terdiri atas :
- Sektor Pariwisata
- Sektor Industri
Pariwisata memegang peranan penting dalam menentukan Perekonomian Sulawesi Utara. Seperti pada umumnya Pulau Sulawesi yang memiliki keindahan Taman Laut Dunia, Sulawesi Utara mempunyai Taman Laut Bunaken yang emrupakan Taman Laut Terindah Dunia. Gugusan karang laut dan biota lauy yang beragam membuat Taman Laut ini tidak sepi dari wisatawan yang ingin mencoba sensasi akan situasi mempesona dari keindahan Taman Laut Buanken. Manado sebagai kota terbesar kedua di Pulau Sulawesi juga diunggulkan sebagai Smart City yang terintegrasi layaknya kota Makasar, walaupun maasih diwacanakan. (Masih kalah dengan pesaingnya seperti (Makasar, Balikpapan, Pekanbaru, dan Palembang). Manado mengakat konsep water front city, layaknya kebanyakan kota besar di Pulau Sulawesi seperti Makasar, Palu, dan Kendari. Di kota ini berdiri sejumlah Mall, Hotel, yang siap melengkapi perjalanan wisata anda ke Manado. Sulawesi Utara juga mempunyai salah satu destinasi wisata yang bernama Kota Bunga Tomohon. Di tempat ini layaknya Kota Pasadena, Amerika setiap satu tahu sekali diadakan Festival Bunga Tomohon, yang diikutimoleh berbagai negara di dunia seperti Malaysia, India, Amerika, Rusia dan  negara lainnya.
Kinerja ekonomi Sulawesi Utara 2016, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,17 persen. Pertumbuhan ekonomi 2016 sedikit lebih tinggi dari 2015 mencapai 6,12 persen, dan relatif lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,0 persen 2016. Namun, jika dibandingkan dengan kinerja pertumbuhan ekonomi provinsi-provinsi di Pulau Sulawesi, posisi Sulawesi Utara hanya sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat yang mencapai 6,03 persen. Sulawesi Utara menduduki posisi ke V, dibawa provinsi Sulawesi Tengah mencapai (10,32 persen), Sulawesi Selatan (7,41 persen), Sulawesi Tenggara (6,51), dan Gorontalo (6,51).
Tingkat pengangguran terbuka Sulawesi Utara mencapai 6,18 persen dan tercatat tertinggi di Pulau Sulawesi. Dimana provinsi lainnya pengangguran terbuka hanya bervariasi dari yang terendah 2,72 persen dicatat oleh Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan sebesar 4,8 persen. Sebaliknya, Sulawesi Utara memiliki penduduk miskin sebesar 8,2 persen tercatat yang terendah di Pulau Sulawesi. Provinsi lainnya mencatat penduduk miskin relatif lebih besar, dimana Sulawesi Selatan sebesar 9,24 persen dan Gorontalo memiliki penduduk miskin terbanyak di Pulau Sulawesi mencatat sebesar 17,63 persen. Demikian juga untuk inflasi Sulawesi Utara mencatat record terendah selama 2016 hanya sebesar 0,35 persen dan Sulawesi Tenggara mencatat inflasi tertinggi di Pulau Sulawesi sebesar 3,07 persen pada tahun 2016.
Ekonomi Sulawesi Utara 2016, digerakkan oleh sektor pertanian-termasuk perikanan, perkebunan, kehutanan—memberikan kontribusi sebesar 21,71 persen, perdagangan sebesar 12,11 persen, dan sektor konstruksi memberikan sumbangan sebesar 11,39 persen. Tahun 2015, ketiga sektor tersebut mendominasi struktur ekonomi daerah, walaupun kontribusi masing-masing sektor tersebut cenderung berkurang. Artinya, dominasi sektor pertanian dalam menggerakkan ekonomi daerah relatif besar dan menyebar ke seluruh 15 kabupaten dan kota.
Peran sektor pertanian terhadap perekonomian Sulut melalui sub-sektor perkebunan dan perikanan. Indikasinya, komoditas ekspor Sulut di dominasi oleh produk turunan kelapa dan perikanan. Namun demikian, berkurangnya kontribusi pertanian terhadap total PDRB Sulut berhubungan juga dengan secara drastis menurun kontribusi sub sektor perikanan akibat dilakukan moratorium terhadap industri penangkapan khususnya kapal-kapal yang menggunakan bendera asing oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak akhir 2014. Walaupun akhir 2016 kebijakan tersebut telah di cabut, namun dampaknya  terus berlangsung sampai saat ini, dimana ekspor produk turunan perikanan terus merosot.
Kinerja sektor Industri Pengolahan hanya dapat memberikan kontribusi sebesar 8,99 persen dan cenderung menurun dibandingkan dengan kontribusinya pada tahun 2015 sebesar 9,45 persen. Penurunan sektor industri pengolahan indikasinya sudah terjadi sejak tahun 1990-an dimana sharenya terhadap total PDRB sekitar 12 persen, dan selanjutnya cenderung merosot sampai 2016 mencapai 8,99 persen. Penurunan kontribusi sektor perindustrian akhir-akhir ini berhubungan dengan secara drastisnya menurun kegiatan industri pengolahan ikan karena kekurangan bahan baku. Hanya 10 persen dari kapasitas terpasang yang dapat dioperasikan selama 2016. Aspek lain, terjadi penurunan permintaan serta harga produk turunan kelapa khususnya refinery coconut oil di pasar global. Selain itu, dipengaruhi juga dengan tidak bertambahnya kegiatan industri pengolahan baru di luar industri perikanan dan kelapa dalam 20 tahun terakhir.
Dari sisi produksi, beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan relatif tinggi selama tahun 2016 antara lain; sektor Jasa Keuangan dan Asuransi (19,16 persen), sektor Pengadaan Listrik, Gas, dan Produksi Es (17,52 persen), dan sektor Penyediaan Akomodasi, Makanan, dan Minuman (12,69 persen). Berkembangnya Jasa Keuangan dan Asuransi memberikan indikasi positif terhadap berkembangnya kegiatan ekonomi produksi barang dan jasa. Karena kegiatan produksi membutuhkan dukungan jasa keuangan menopang kebutuhan tambahan investasi dan modal kerja untuk mendukung peningkatan produksi.
Dari sisi pengeluaran, ada 3 komponen yang mengalami pertumbuhan relatif tinggi yaitu komponen Impor (28,53 persen), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 6,29 persen, dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 6,27 persen. Tingginya pertumbuhan Impor memberikan indikasi positif terhadap kemungkinan terjadi peningkatan ekspor di masa datang. Karena adanya ketambahan peralatan mesin, peralatan pendukung produksi, dan bahan baku pendukung produksi untuk menambah kapasitas produksi terpasang. Indikasi ini, menjelaskan ke depan bahwa kegiatan produksi komoditas untuk ekspor dan kebutuhan domestik, secara bersamaan akan mendorong jumlah komoditas ekspor dari Sulawesi Utara.
Singkatnya, sesuai data dikeluarkan BPS Sulut bahwa gerak pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara dari sisi pengeluaran, di dorong oleh pengeluaran konsumsi masyarakat dan pemerintah, dimana kedua komponen tersebut menyumbang sebesar 62,65 persen. Pengeluaran konsumsi masyarakat dan pemerintah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 3,42 persen dan kontribusi komponen PMTB sebesar 2,33 persen.
Capaian pertumbuhan ekonomi sebesar 6,17 persen di tahun 2016, belum dapat menekan tingkat pengangguran terbuka dimana mencatat sebesar 6,18 persen dan tingkat kemiskinan Sulut sebesar 8,2 persen. Dari sisi jumlahnya, orang miskin di Sulut sebanyak 200 ribu orang. Angka ini belum dapat di tekan untuk berkurang sekitar 40 ribu orang dari tahun 2015 tercatat 217 ribu orang—sesuai dengan target yang di tetapkan pemerintah provinsi bersama seluruh pemerintah kabupaten dan kota pada akhir February 2016. Komitmen seluruh Pemda di Sulut bahwa dalam kurun waktu 2016-2021, jumlah penduduk miskin setiap tahun berkurang sekitar 40 ribu orang. Sehingga awal 2022, Sulut tercatat tidak memiliki penduduk miskin.
Menurunkan jumlah pengangguran dan penduduk miskin, perlu di tingkatkan peran sektor industri pengolahan berbasis bahan baku lokal melalui kemudahan investasi, dan diperluas kemudahan akses terhadap pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan. Bersamaan, pemerintah daerah harus lebih serius untuk menyelenggarakan pelatihan ketenagakerjaan (vocational training) yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja industri lokal yang berkembang dan industri kreatif.
SUMBER :
http://manadopostonline.com/m/berita/21937/Ekonomi-Sulut-2016-Bergerak-Lambat
 

NAMA KELOMPOK : 
1. ANNISA (20216934)
2.FADILAH MAULANA MALIK (22216454)
3.TRIAS NOVIA.K (272164421)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar