PERKEMBANGAN MANUFAKTUR DI
INDONESIA
Revolusi Industri sendiri sampai ke Indonesia sekitar abad ke-19
melalui para penjelajah Inggris dan Belanda yang berlayar dan bertujuan untuk
mencari rempah-rempah di Indonesia pada era Imperialisme modern dan sekaligus
menerapkan Industrialisasi
di Indonesia. Revolusi ini tidak mendapat penolakan dan perlawanan dari rakyat
Indonesia karena pada saat itu Indonesia masih di bawah kekuatan kolonial,
akibatnya masyarakat dipaksa untuk menerima sistem perubahan besar ini. Dan
pada saat pemerintahan kolonial tersebut, berbagai macam sistem diterapkan oleh
pemerintah dan beberapa kaum majikan, diantaranya ada culture stelsel, politik pintu terbuka,
politik etis dan sistem land
rent.
Pada awal abad ke-18 dan ke-19, Indonesia yang saat itu masih
dalam pengaruh kekuasaan bangsa asing yaitu Belanda dan Inggris membawa dampak
dan perubahan yang cukup besar dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat
Indonesia, antara lain :
1 Indonesia
menjadi daerah eksploitasi karena sumber daya alamnya yang bisa dimanfaatkan
dan diperlukan sebagai bahan baku industry bangsa Barat.
2 Masuknya
para pemodal asing yang mendirikan pabrik-pabrik besar, seperti pabrik gula dan
pabrik kopi.
3 Mulai
adanya sistem pembagian kerja dengan berdirinya pabrik-pabrik yang ada.
4 Mulai
diadakan pembangunan jalur darat secara besar-besaran oleh pemerintah kolonial
di Pulau Jawa untuk melancarkan
mobilitas dan kegiatan perdagangan, terutama di bidang transportasi kereta api.
5 Terjadi urbanisasi besar-besaran di
kota-kota besar di Pulau Jawa terutama Jakarta dan Surabaya untuk mendapatkan
pekerjaan di Industri.
6 Pemerintah
kolonial mengenalkan masyarakat Indonesia dengan teknologi canggih untuk
melancarkan produksi barang.
7 Perubahan
paham Kapitalisme Muda (neo
capitalism) yang berkembang menjadi Kapitalisme Modern (modern capitalism).
Namun, dari dampak positif yang diberikan Revolusi Industri ini
kepada Indonesia juga ada dampak negatifnya, antara lain :
1 Upah
buruh yang ditentukan oleh majikan tergolong rendah.
2 Munculnya pertentangan antara kaum
proletar (buruh) dengan kaum borjuis (majikan).
3 Kaum
buruh menjadi objek pemerasan kaum majikan dengan cara bekerja dengan waktu
yang diperpanjang atau dengan waktu hampir satu hari tetapi dibayar dengan upah
rendah.
Dengan adanya dampak-dampak negatif tersebut, pemerintah
berusaha mengatur industri-industri tersebut agar dikelola dan diatur oleh
pemerintah supaya kepentingan-kepentingan buruh dapat terjamin. Keputusan
pemerintah ini juga mendorong munculnya paham sosialisme di Indonesia.
Pengaruh Revolusi Industri di bidang
Ekonomi pada saat itu ditandai dengan pembangunan
daerah-daerah industri yang dilakukan secara besar-besaran dan berpengaruh
tidak hanya pada kuantitas barang yang produksi tapi juga pada kualitas barang
yang ikut turut serta mendorong masyarakat dan kaum borjuis untuk
memperbaiki hasil produksi mereka.
Pengaruh Revolusi ini di bidang politik juga dapat dilihat dari
adanya kesenjangan antara kaum proletar dengan kaum borjuis
yang menimbulkan kesenjangan sosial, munculnya paham-paham baru yang
menggantikan atau melengkapi paham sebelumnya telah ada, dan berkembangnya
paham Liberalisme yang pada awalnya hanya berkembang di Inggris ketika
berlangsung Revolusi Agraria dan Revolusi Industri ini.
Dalam bidang Sosial, Revolusi ini juga berpengaruh bahkan sampai
era Reformasi saat ini. Ini bisa dibuktikan dengan beberapa kejadian yang
setiap tahunnya selalu berulang, yaitu Demo Buruh. Demo Buruh selalu dituntut
oleh kaum buruh karena sejak masa awal pengaruh Revolusi Industri di Indonesia,
kaum buruh sudah menjadi objek pemerasan kaum majikan dengan cara bekerja
dengan waktu lebih tetapi dibayar dengan upah rendah. Ini menunjukkan jika
masyarakat menyikapi Revolusi Industri saat ini berbeda dengan kaum buruh saat
itu yang menganggap Revolusi Industri sebagai sebuah sistem. Di era saat ini,
Revolusi Industri sudah menjadi penyebab berbagai macam masalah yang dituntut
penyelesaiannya oleh kaum buruh, misalnya saja masih ada konflik antara
penetapan dan pemberian UMR bagi para buruh yang dinilai kurang sesuai dengan
penetapan jam kerja dan tenaga yang mereka gunakan untuk bekerja, kasus lainnya
juga ada masalah outsourcing
atau sistem kerja kontrak yang juga merugikan para pekerja yang sewaktu-waktu
bisa diberhentikan dari pekerjaannya dan para buruh juga menuntut agar sistem outsourcing
ini bisa dihapuskan oleh pemerintah, masalah lainnya juga yang paling banyak
menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi pengangguran adalah kurangnya lapangan
kerja bagi mereka yang kalah saing dalam hal kualitas serta rendahnya rasa
sadar diri untuk bisa menciptakan peluang usaha dan bukannya hanya bergantung
pada kaum borjuis sebagai penyedia lapangan kerja. Permasalahan tersebut juga
tidak lepas dari adanya kesenjangan sosial antara kaum protelar dengan kaum
borjuis yang berlangsung sejak awal Revolusi Industri berpengaruh.
Revolusi Industri yang berkembang pada awal abad ke-19 masih
bisa kita rasakan saat ini, khususnya di bidang teknologi yang semakin maju pesat
dengan adanya penemuan-penemuan baru atau pengembangan dari
sistem/teknologi sebelumnya yang mempengaruhi kehidupan saat ini. Pesatnya
perkembangan IPTEK dan kualitas sumber daya manusia yang semakin mengejar
target juga tidak lepas dari Revolusi Industri. Berbagai alat transportasi
mulai dari jalur darat, laut dan udara selalu ada perkembangan seperti
berkembangnya satu sistem kereta api yang akan selalu diperbarui seiring dengan
bertambahnya pengetahuan manusia sebagai sumber daya yang memproduksi barang
tersebut sebagai contoh hasil pengembangan teknologi yang telah dirintis pasa
masa revolusi industri. Berbagai macam alat-alat canggih saat ini merupakan
bukti dari kemajuan teknologi yang telah dirintis sejak Revolusi Industri.
Sektor
industri manufaktur merupakan salah satu penopang perekonomian nasional karena
sektor ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Pada tahun 1990-1996, industri manufaktur Indonesia tumbuh dengan
cepat dan Indonesia pada saat itu mengalami pertumbuhan yang signifikan. Saat
ini Indonesia tengah berada dalam transisi dari perekonomian yang berbasis
agraris menjadi perekonomian semi-industrial dalam upaya untuk meningkatkan
laju pertumbuhan ekonomi nasional. Pola perekonomian subsistensi yang
mengandalkan sektor primer perlahan-lahan bergeser menjadi perekonomian yang
ditopang oleh sektor manufaktur. Sektor industri manufaktur merupakan sektor
yang cukup stabil dan menjadi salah satu penopang perekonomian negara di tengah
ketidakpastian perekonomian dunia dengan tingkat pertumbuhan yang positif. Data
terbaru dari Kementerian Perindustrian tahun 2015 menunjukkan bahwa sektor
industri, khususnya sektor manufaktur non-migas mengalami pertumbuhan yang
signifikan, melampaui pertumbuhan GDP Indonesia pada kwartal I tahun 2015.
Menurut data BPS, kontribusi sektor industri manufaktur non-migas terhadap PDB
tahun 2015 mencapai 18.18 % dengan nilai Rp 2.089 triliun. Kontribusi ini
meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai 17.89 % dengan
nilai hanya Rp 1.884 triliun.
Tingkat
pertumbuhan yang pesat pada industri nasional merupakan multiplier effect dan
tingginya investasi pada sektor ini. Terhitung sejak tahun 2010, trend
investasi sektor industri di Indonesia terus mengalami peningkatan meskipun
sempat tertahan akibat krisis finansial pada tahun 2008. Apabila ditarik
lebih jauh ke belakang, pertumbuhan industri manufaktur dalam perekeonomian
Indonesia telah meningkat secara bertahap. Namun, di sisi lain, peningkatan
kerja industri manufaktur hanya naik dari 10 % menjadi 12 %.
Kontribusi Sektor Utama dalam Perekonomian tahun 2015. (Sumber: Biro Riset
Ekonomi, Bank Indonesia, 2015). Sektor ini menjadi dominan dalam penyumbang
terbesar PDB Indoneesia dimana mencapai 23.37 % (migas dan non-migas), namun
sektor ini hanya mampu menyerap tenaga kerja terendah sebesar 14.88 %
dibandingkan dengan sektor pertanian (38.07 %) dan perdagangan (23.74 %)
(Kementerian Perdagangan, 2014). Hal ini bisa disebabkan karena industri
manufaktur menitikberatkan pada investasi dan penggunaan teknologi
menengah-tinggi ketimbang penggunaan tenaga kerja/labor.
Pertumbuhan output hasil industri dan penciptaan nilai tambah pada output
dengan penguasaan teknologi manufaktur yang tinggi merupakan faktor utama bagi
peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Industri manufaktur juga memegang
peranan penting dalam perdagangan internasional karena dengan peningkatan
kualitas dan kuantitas output yang dihasilkan maka dapat meningkatkan daya
saing industri di pasar global. Peran lain industri manufaktur adalah
penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar yang akan menurunkan tingkat
pengangguran.
Apabila
melihat pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang, menurut BPS,
terjadi peningkatan sebesar 4.22 % pada triwulan III tahun 2015 dibanding
dengan periode sebelumnya. Setelah diberlakukan revitalisasi industri sejak
tahun 2004, pertumbuhan positif terjadi pada seluruh sub-industri. Jenis-jenis
industri manufaktur yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah sbb: -
Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional, naik 15.31 % - Pengolahan
laiinya, naik sebesar 13.53 % - Mesin dan Perlengkapan ytdl, naik 8.28 % -
Barang Galian Bukan Logam, naik 7.37 % - Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi
Trailer, naik 7.14 % - Makanan, naik 7.09 % - Pengolahan Tembakau, naik 5.78 %.
(Sumber: BPS, 2015).
SUMBER :
NAMA KELOMPOK :
1.ANNISA (20216934)
2.FADILAH MAULANA MALIK (22216454)
3.TRIAS NOVIA K (27216442)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar