Senin, 05 Juni 2017

Perkembangan manufaktur dari pertama kali arus revolusi industri



PERKEMBANGAN MANUFAKTUR DI INDONESIA


Revolusi Industri sendiri sampai ke Indonesia sekitar abad ke-19 melalui para penjelajah Inggris dan Belanda yang berlayar dan bertujuan untuk mencari rempah-rempah di Indonesia pada era Imperialisme modern dan sekaligus menerapkan  Industrialisasi di Indonesia. Revolusi ini tidak mendapat penolakan dan perlawanan dari rakyat Indonesia karena pada saat itu Indonesia masih di bawah kekuatan kolonial, akibatnya masyarakat dipaksa untuk menerima sistem perubahan besar ini. Dan pada saat pemerintahan kolonial tersebut, berbagai macam sistem diterapkan oleh pemerintah dan beberapa kaum majikan, diantaranya ada culture stelsel, politik pintu terbuka, politik etis dan sistem land rent.
Pada awal abad ke-18 dan ke-19, Indonesia yang saat itu masih dalam pengaruh kekuasaan bangsa asing yaitu Belanda dan Inggris membawa dampak dan perubahan yang cukup besar dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia, antara lain :
    1      Indonesia menjadi daerah eksploitasi karena sumber daya alamnya yang bisa dimanfaatkan dan diperlukan sebagai bahan baku industry bangsa Barat.
    2      Masuknya para pemodal asing yang mendirikan pabrik-pabrik besar, seperti pabrik gula dan pabrik kopi.
    3      Mulai adanya sistem pembagian kerja dengan berdirinya pabrik-pabrik yang ada.
    4      Mulai diadakan pembangunan jalur darat secara besar-besaran oleh pemerintah kolonial di Pulau Jawa untuk  melancarkan mobilitas dan kegiatan perdagangan, terutama di bidang transportasi kereta api.
    5      Terjadi urbanisasi besar-besaran di kota-kota besar di Pulau Jawa terutama Jakarta dan Surabaya untuk mendapatkan pekerjaan di Industri.
    6      Pemerintah kolonial mengenalkan masyarakat Indonesia dengan teknologi canggih untuk melancarkan produksi barang.
    7      Perubahan paham Kapitalisme Muda (neo capitalism) yang berkembang menjadi Kapitalisme Modern (modern capitalism).

Namun, dari dampak positif yang diberikan Revolusi Industri ini kepada Indonesia juga ada dampak negatifnya, antara lain :
    1      Upah buruh yang ditentukan oleh majikan tergolong rendah.
    2      Munculnya pertentangan antara kaum proletar (buruh) dengan kaum borjuis (majikan).
    3      Kaum buruh menjadi objek pemerasan kaum majikan dengan cara bekerja dengan waktu yang diperpanjang atau dengan waktu hampir satu hari tetapi dibayar dengan upah rendah.
Dengan adanya dampak-dampak negatif tersebut, pemerintah berusaha mengatur industri-industri tersebut agar dikelola dan diatur oleh pemerintah supaya kepentingan-kepentingan buruh dapat terjamin. Keputusan pemerintah ini juga mendorong munculnya paham sosialisme di Indonesia.
Pengaruh Revolusi Industri di bidang Ekonomi pada saat itu ditandai dengan  pembangunan daerah-daerah industri yang dilakukan secara besar-besaran dan berpengaruh tidak hanya pada kuantitas barang yang produksi tapi juga pada kualitas barang yang ikut turut serta mendorong masyarakat dan kaum borjuis untuk memperbaiki hasil produksi mereka.
Pengaruh Revolusi ini di bidang politik juga dapat dilihat dari adanya kesenjangan antara kaum proletar dengan kaum borjuis yang menimbulkan kesenjangan sosial, munculnya paham-paham baru yang menggantikan atau melengkapi paham sebelumnya telah ada, dan berkembangnya paham Liberalisme yang pada awalnya hanya berkembang di Inggris ketika berlangsung Revolusi Agraria dan Revolusi Industri ini.
Dalam bidang Sosial, Revolusi ini juga berpengaruh bahkan sampai era Reformasi saat ini. Ini bisa dibuktikan dengan beberapa kejadian yang setiap tahunnya selalu berulang, yaitu Demo Buruh. Demo Buruh selalu dituntut oleh kaum buruh karena sejak masa awal pengaruh Revolusi Industri di Indonesia, kaum buruh sudah menjadi objek pemerasan kaum majikan dengan cara bekerja dengan waktu lebih tetapi dibayar dengan upah rendah. Ini menunjukkan jika masyarakat menyikapi Revolusi Industri saat ini berbeda dengan kaum buruh saat itu yang menganggap Revolusi Industri sebagai sebuah sistem. Di era saat ini, Revolusi Industri sudah menjadi penyebab berbagai macam masalah yang dituntut penyelesaiannya oleh kaum buruh, misalnya saja masih ada konflik antara penetapan dan pemberian UMR bagi para buruh yang dinilai kurang sesuai dengan penetapan jam kerja dan tenaga yang mereka gunakan untuk bekerja, kasus lainnya juga ada masalah outsourcing atau sistem kerja kontrak yang juga merugikan para pekerja yang sewaktu-waktu bisa diberhentikan dari pekerjaannya dan para buruh juga menuntut agar sistem outsourcing ini bisa dihapuskan oleh pemerintah, masalah lainnya juga yang paling banyak menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi pengangguran adalah kurangnya lapangan kerja bagi mereka yang kalah saing dalam hal kualitas serta rendahnya rasa sadar diri untuk bisa menciptakan peluang usaha dan bukannya hanya bergantung pada kaum borjuis sebagai penyedia lapangan kerja. Permasalahan tersebut juga tidak lepas dari adanya kesenjangan sosial antara kaum protelar dengan kaum borjuis yang berlangsung sejak awal Revolusi Industri berpengaruh.
Revolusi Industri yang berkembang pada awal abad ke-19 masih bisa kita rasakan saat ini, khususnya di bidang teknologi yang semakin maju pesat dengan adanya penemuan-penemuan baru atau pengembangan  dari sistem/teknologi sebelumnya yang mempengaruhi kehidupan saat ini. Pesatnya perkembangan IPTEK dan kualitas sumber daya manusia yang semakin mengejar target juga tidak lepas dari Revolusi Industri. Berbagai alat transportasi mulai dari jalur darat, laut dan udara selalu ada perkembangan seperti berkembangnya satu sistem kereta api yang akan selalu diperbarui seiring dengan bertambahnya pengetahuan manusia sebagai sumber daya yang memproduksi barang tersebut sebagai contoh hasil pengembangan teknologi yang telah dirintis pasa masa revolusi industri. Berbagai macam alat-alat canggih saat ini merupakan bukti dari kemajuan teknologi yang telah dirintis sejak Revolusi Industri.

Sektor industri manufaktur merupakan salah satu penopang perekonomian nasional karena sektor ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada tahun 1990-1996, industri manufaktur Indonesia tumbuh dengan cepat dan Indonesia pada saat itu mengalami pertumbuhan yang signifikan. Saat ini Indonesia tengah berada dalam transisi dari perekonomian yang berbasis agraris menjadi perekonomian semi-industrial dalam upaya untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Pola perekonomian subsistensi yang mengandalkan sektor primer perlahan-lahan bergeser menjadi perekonomian yang ditopang oleh sektor manufaktur. Sektor industri manufaktur merupakan sektor yang cukup stabil dan menjadi salah satu penopang perekonomian negara di tengah ketidakpastian perekonomian dunia dengan tingkat pertumbuhan yang positif. Data terbaru dari Kementerian Perindustrian tahun 2015 menunjukkan bahwa sektor industri, khususnya sektor manufaktur non-migas mengalami pertumbuhan yang signifikan, melampaui pertumbuhan GDP Indonesia pada kwartal I tahun 2015. Menurut data BPS, kontribusi sektor industri manufaktur non-migas terhadap PDB tahun 2015 mencapai 18.18 % dengan nilai Rp 2.089 triliun. Kontribusi ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai 17.89 % dengan nilai hanya Rp 1.884 triliun.

 

Tingkat pertumbuhan yang pesat pada industri nasional merupakan multiplier effect  dan tingginya investasi pada sektor ini. Terhitung sejak tahun 2010, trend investasi sektor industri di Indonesia terus mengalami peningkatan meskipun sempat tertahan akibat krisis finansial pada tahun 2008.  Apabila ditarik lebih jauh ke belakang, pertumbuhan industri manufaktur dalam perekeonomian Indonesia telah meningkat secara bertahap. Namun, di sisi lain, peningkatan kerja industri manufaktur hanya naik dari 10 % menjadi 12 %.
            Kontribusi Sektor Utama dalam Perekonomian tahun 2015. (Sumber: Biro Riset Ekonomi, Bank Indonesia, 2015). Sektor ini menjadi dominan dalam penyumbang terbesar PDB Indoneesia dimana mencapai 23.37 % (migas dan non-migas), namun sektor ini hanya mampu menyerap tenaga kerja terendah sebesar 14.88 % dibandingkan dengan sektor pertanian (38.07 %) dan perdagangan (23.74 %) (Kementerian Perdagangan, 2014). Hal ini bisa disebabkan karena industri manufaktur menitikberatkan pada investasi dan penggunaan teknologi menengah-tinggi ketimbang penggunaan tenaga kerja/labor.
            Pertumbuhan output hasil industri dan penciptaan nilai tambah pada output dengan penguasaan teknologi manufaktur yang tinggi merupakan faktor utama bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Industri manufaktur juga memegang peranan penting dalam perdagangan internasional karena dengan peningkatan kualitas dan kuantitas output yang dihasilkan maka dapat meningkatkan daya saing industri di pasar global. Peran lain industri manufaktur adalah penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar yang akan menurunkan tingkat pengangguran.
Apabila melihat pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang, menurut BPS, terjadi peningkatan sebesar 4.22 % pada triwulan III tahun 2015 dibanding dengan periode sebelumnya. Setelah diberlakukan revitalisasi industri sejak tahun 2004, pertumbuhan positif terjadi pada seluruh sub-industri. Jenis-jenis industri manufaktur yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah sbb: - Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional, naik 15.31 % - Pengolahan laiinya, naik sebesar 13.53 % - Mesin dan Perlengkapan ytdl, naik 8.28 % - Barang Galian Bukan Logam, naik 7.37 % - Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer, naik 7.14 % - Makanan, naik 7.09 % - Pengolahan Tembakau, naik 5.78 %.
(Sumber: BPS, 2015).


SUMBER :


NAMA KELOMPOK :
1.ANNISA (20216934)
2.FADILAH MAULANA MALIK (22216454)
3.TRIAS NOVIA K (27216442)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar