Pembangunan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara
Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Sulawesi utara berada pada posisi strategis karena terletak di Pasifik
Rim yang secara langsung berhadapan dengan negara-negara Asia Timur dan negara-negara
Pasifik. Posisi strategis ini menjadikan Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang
Indonesia ke Pasifik dan memiliki potensi untuk menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi. Provinsi ini juga turut mendukung peran Pulau Sulawesi sebagai pusat
produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan serta
pertambangan nikel di tingkat nasional. Kinerja perekonomian Sulawesi Utara
periode 2006-2013 terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata
7,60, lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,90
persen pada periode yang sama. Kontribusi Provinsi Sulawesi Utara terhadap
pembentukan PDRB Sulawesi adalah sebesar 14,79 persen, sementara itu kontribusi
terhadap pembentukan PDB nasional sebesar 0,70 persen.
Secara
pembagian Perekonomian di Sulawesi Utara terdiri atas :
-
Sektor Pariwisata
-
Sektor Industri
Pariwisata
memegang peranan penting dalam menentukan Perekonomian Sulawesi Utara. Seperti
pada umumnya Pulau Sulawesi yang memiliki keindahan Taman Laut Dunia, Sulawesi
Utara mempunyai Taman Laut Bunaken yang emrupakan Taman Laut Terindah Dunia.
Gugusan karang laut dan biota lauy yang beragam membuat Taman Laut ini tidak
sepi dari wisatawan yang ingin mencoba sensasi akan situasi mempesona dari
keindahan Taman Laut Buanken. Manado sebagai kota terbesar kedua di
Pulau Sulawesi juga diunggulkan sebagai Smart City yang terintegrasi layaknya
kota Makasar, walaupun maasih diwacanakan. (Masih kalah dengan pesaingnya
seperti (Makasar, Balikpapan, Pekanbaru, dan Palembang). Manado mengakat konsep
water front city, layaknya kebanyakan kota besar di Pulau Sulawesi seperti
Makasar, Palu, dan Kendari. Di kota ini berdiri sejumlah Mall, Hotel, yang siap
melengkapi perjalanan wisata anda ke Manado. Sulawesi Utara juga mempunyai salah
satu destinasi wisata yang bernama Kota Bunga Tomohon. Di tempat ini layaknya
Kota Pasadena, Amerika setiap satu tahu sekali diadakan Festival Bunga Tomohon,
yang diikutimoleh berbagai negara di dunia seperti Malaysia, India, Amerika,
Rusia dan negara lainnya.
Kinerja ekonomi Sulawesi Utara 2016, pertumbuhan ekonomi sebesar
6,17 persen. Pertumbuhan ekonomi 2016 sedikit lebih tinggi dari 2015 mencapai
6,12 persen, dan relatif lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional
mencapai 5,0 persen 2016. Namun, jika dibandingkan dengan kinerja pertumbuhan
ekonomi provinsi-provinsi di Pulau Sulawesi, posisi Sulawesi Utara hanya
sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat yang mencapai 6,03
persen. Sulawesi Utara menduduki posisi ke V, dibawa provinsi Sulawesi Tengah
mencapai (10,32 persen), Sulawesi Selatan (7,41 persen), Sulawesi Tenggara
(6,51), dan Gorontalo (6,51).
Tingkat pengangguran terbuka Sulawesi Utara mencapai 6,18 persen
dan tercatat tertinggi di Pulau Sulawesi. Dimana provinsi lainnya pengangguran
terbuka hanya bervariasi dari yang terendah 2,72 persen dicatat oleh Sulawesi
Tenggara dan Sulawesi Selatan sebesar 4,8 persen. Sebaliknya, Sulawesi Utara
memiliki penduduk miskin sebesar 8,2 persen tercatat yang terendah di Pulau
Sulawesi. Provinsi lainnya mencatat penduduk miskin relatif lebih besar, dimana
Sulawesi Selatan sebesar 9,24 persen dan Gorontalo memiliki penduduk miskin
terbanyak di Pulau Sulawesi mencatat sebesar 17,63 persen. Demikian juga untuk
inflasi Sulawesi Utara mencatat record terendah selama 2016 hanya sebesar 0,35
persen dan Sulawesi Tenggara mencatat inflasi tertinggi di Pulau Sulawesi
sebesar 3,07 persen pada tahun 2016.
Ekonomi Sulawesi Utara 2016, digerakkan oleh sektor
pertanian-termasuk perikanan, perkebunan, kehutanan—memberikan kontribusi
sebesar 21,71 persen, perdagangan sebesar 12,11 persen, dan sektor konstruksi
memberikan sumbangan sebesar 11,39 persen. Tahun 2015, ketiga sektor tersebut
mendominasi struktur ekonomi daerah, walaupun kontribusi masing-masing sektor
tersebut cenderung berkurang. Artinya, dominasi sektor pertanian dalam
menggerakkan ekonomi daerah relatif besar dan menyebar ke seluruh 15 kabupaten
dan kota.
Peran sektor pertanian terhadap perekonomian Sulut melalui
sub-sektor perkebunan dan perikanan. Indikasinya, komoditas ekspor Sulut di
dominasi oleh produk turunan kelapa dan perikanan. Namun demikian, berkurangnya
kontribusi pertanian terhadap total PDRB Sulut berhubungan juga dengan secara
drastis menurun kontribusi sub sektor perikanan akibat dilakukan moratorium
terhadap industri penangkapan khususnya kapal-kapal yang menggunakan bendera
asing oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak akhir 2014. Walaupun akhir
2016 kebijakan tersebut telah di cabut, namun dampaknya terus berlangsung
sampai saat ini, dimana ekspor produk turunan perikanan terus merosot.
Kinerja sektor Industri Pengolahan hanya dapat memberikan
kontribusi sebesar 8,99 persen dan cenderung menurun dibandingkan dengan
kontribusinya pada tahun 2015 sebesar 9,45 persen. Penurunan sektor industri
pengolahan indikasinya sudah terjadi sejak tahun 1990-an dimana sharenya
terhadap total PDRB sekitar 12 persen, dan selanjutnya cenderung merosot sampai
2016 mencapai 8,99 persen. Penurunan kontribusi sektor perindustrian
akhir-akhir ini berhubungan dengan secara drastisnya menurun kegiatan industri
pengolahan ikan karena kekurangan bahan baku. Hanya 10 persen dari kapasitas
terpasang yang dapat dioperasikan selama 2016. Aspek lain, terjadi penurunan
permintaan serta harga produk turunan kelapa khususnya refinery coconut oil di
pasar global. Selain itu, dipengaruhi juga dengan tidak bertambahnya kegiatan
industri pengolahan baru di luar industri perikanan dan kelapa dalam 20 tahun
terakhir.
Dari sisi produksi, beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan
relatif tinggi selama tahun 2016 antara lain; sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
(19,16 persen), sektor Pengadaan Listrik, Gas, dan Produksi Es (17,52 persen),
dan sektor Penyediaan Akomodasi, Makanan, dan Minuman (12,69 persen).
Berkembangnya Jasa Keuangan dan Asuransi memberikan indikasi positif terhadap
berkembangnya kegiatan ekonomi produksi barang dan jasa. Karena kegiatan
produksi membutuhkan dukungan jasa keuangan menopang kebutuhan tambahan
investasi dan modal kerja untuk mendukung peningkatan produksi.
Dari sisi pengeluaran, ada 3 komponen yang mengalami pertumbuhan
relatif tinggi yaitu komponen Impor (28,53 persen), Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) sebesar 6,29 persen, dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar
6,27 persen. Tingginya pertumbuhan Impor memberikan indikasi positif terhadap
kemungkinan terjadi peningkatan ekspor di masa datang. Karena adanya ketambahan
peralatan mesin, peralatan pendukung produksi, dan bahan baku pendukung
produksi untuk menambah kapasitas produksi terpasang. Indikasi ini, menjelaskan
ke depan bahwa kegiatan produksi komoditas untuk ekspor dan kebutuhan domestik,
secara bersamaan akan mendorong jumlah komoditas ekspor dari Sulawesi Utara.
Singkatnya, sesuai data dikeluarkan BPS Sulut bahwa gerak pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Utara dari sisi pengeluaran, di dorong oleh pengeluaran
konsumsi masyarakat dan pemerintah, dimana kedua komponen tersebut menyumbang
sebesar 62,65 persen. Pengeluaran konsumsi masyarakat dan pemerintah memberikan
kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 3,42 persen dan kontribusi
komponen PMTB sebesar 2,33 persen.
Capaian pertumbuhan ekonomi sebesar 6,17 persen di tahun 2016,
belum dapat menekan tingkat pengangguran terbuka dimana mencatat sebesar 6,18
persen dan tingkat kemiskinan Sulut sebesar 8,2 persen. Dari sisi jumlahnya,
orang miskin di Sulut sebanyak 200 ribu orang. Angka ini belum dapat di tekan
untuk berkurang sekitar 40 ribu orang dari tahun 2015 tercatat 217 ribu
orang—sesuai dengan target yang di tetapkan pemerintah provinsi bersama seluruh
pemerintah kabupaten dan kota pada akhir February 2016. Komitmen seluruh Pemda
di Sulut bahwa dalam kurun waktu 2016-2021, jumlah penduduk miskin setiap tahun
berkurang sekitar 40 ribu orang. Sehingga awal 2022, Sulut tercatat tidak
memiliki penduduk miskin.
Menurunkan jumlah pengangguran dan penduduk miskin, perlu di
tingkatkan peran sektor industri pengolahan berbasis bahan baku lokal melalui
kemudahan investasi, dan diperluas kemudahan akses terhadap pelayanan dasar
pendidikan dan kesehatan. Bersamaan, pemerintah daerah harus lebih serius untuk
menyelenggarakan pelatihan ketenagakerjaan (vocational training) yang sesuai
dengan kebutuhan tenaga kerja industri lokal yang berkembang dan industri
kreatif.
SUMBER :
http://manadopostonline.com/m/berita/21937/Ekonomi-Sulut-2016-Bergerak-Lambat
NAMA KELOMPOK :
1. ANNISA (20216934)
2.FADILAH MAULANA MALIK
(22216454)
3.TRIAS NOVIA.K
(272164421)